Sabtu, 04 Oktober 2014

TUGAS MATA KULIAH : TEORI EKONOMI 1

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI STRATA 1 MANAJEMEN


TEORI PREFERENSI KONSUMEN DAN TEORI UTILITAS

Oleh :


Ø  AA Sagung Ayu Nitya          10213003        2EA09
Ø  Adam Hidayatullah               10213113        2EA09
Ø  Ade Suprianto                       10213156        2EA09
Ø  Aditya Sena Saputra             10213253        2EA09
Ø  Ageng Dermawan                 10213316        2EA09

                                Mata Kuliah         : Teori Ekonomi 1
                                Dosen                  : Nurul Hidayah, SE


DEPOK
2014




1. Teori Preferensi Konsumen
Preference mempunyai makna pilihan atau memilih. Istilah preferensi digunakan untuk mengganti katapreference dengan arti yang sama atau minat terhadap sesuatu. Preferensi merupakan suatu sifat atau keinginan untuk memilih. (Journal Planit: 2001). Menurut Doris Grober preferensi media umunya meminta pengguna media untuk mengurutkan preferensi pengguna terhadap suatu media (Vivian, 2010: 567).
Preferensi konsumen didefinisikan sebagai selera subjektif (individu), yang diukur dengan utilitas, dari bundel berbagai barang. Konsumen dipersilahkan untuk melakukan rangking terhadap bundel barang yang mereka berikan pada konsumen (Indarto, 2011). Yang perlu diperhatikan adalah preferensi itu bersifat independen terhadap pendapatan dan harga. Kemampuan untuk membeli barang-barang tidak menentukan menyukai atau tidak disukai oleh konsumen. Terkadang seseorang dapat memiliki preferensi untuk produk A lebih dari produk B, tetapi ternyata sarana keuangannya hanya cukup untuk membeli produk B (besanko dan Braeutigam, 2008).
Guna memahami preferensi konsumen dalam memilih produk, maka diperlukan kerangka pikir yang memudahkan penelitian. Ada banyak model yang mengungkap tentang perilaku konsumen, namun model yang dikemukakan oleh Sandhusen (2000) cukup menjelaskan respon dari konsumen sebagai pembeli dalam mengambil keputusan. Walapun penelitian ini membahas hingga pembelian yang dilakukan oleh konsumen dari Buyer’s Black Box menuju Buyer’s Response (Sandhusen, 2000)
Model Sandhusen (2000) mencoba menjelaskan bagaimana respon yang diberikan oleh seorang pembeli saat melakukan proses pembelian.Pada dasarnya model sandhusen (2000) menjelaskan bahwa keputusan yang diambil seorang konsumen tidak semata mata merupakan keputusan yang dipengaruhi faktor internal konsumen seperti karakteristik diri konsumen dan proses pengambilan keputusan konsumen saja. Adanya faktor eksternal juga mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan. Integrasi antara faktor eksternal dan faktor internal itu dinamakan sandhusen (2000) sebagai Buyer’s Black Box.

Faktor eksternal merupakan segala hal yang berasal dari luar diri konsumen yang mampu mempengaruhi konsumen dalam memberikan respon seperti menentukan pemilihan terhadap produk. Sandhusen (2000) membagi faktor eksternal menjadi dua, yaitu Marketing Stimuli dan Environmental Stimuli. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Solomon, bahwa faktor eksternal merupakan pembentuk dari persepsi, konsep diri dan gaya hidup konsumen. Hal yang membedakan adalah, Solomon menjabarkan faktor eksternal menjadi Culture, Sub culture, Demograpic, Social status, Feference group, Family dan Marketing activity.

 2. Teori Utilitas                                                                                              
Adalah jumlah dari kesenangan atau kepuasan relatif (gratifikasi) yang dicapai.
Dengan jumlah ini, seseorang bisa menentukan meningkat atau menurunnya utilitas, dan kemudian menjelaskan kebiasaan ekonomis dalam koridor dari usaha untuk meningkatkan kepuasan seseorang.

Unit teoritikal untuk penjumlahan utilitas adalah util.
Asumsi – Asumsi Mengenai Utilitas :
                  1. Asumsi Rasionalitas
2. Asumsi Perfect Knowledge

Terdapat 2 pendekatan yang berdasarkan asumsi Perfect Knowledge, yaitu:

·         Pendekatan Kardinal
Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan misalnya mata uang.

·         Pendekatan  Ordinal
Kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang tidak dapat diukur dengan satuan kepuasan.
Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan kurva indiferens (kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).


v  Persamaan Kardinal dan Ordinal:
Persamaan kardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility).

v  Perbedaan Kardinal dan Ordinal:
Nilai guna (Utility) Kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan / angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan / angka.

3. Pendekatan Kurva Indiferens
Pendekatan kurva indiferens (ordinal utility) menggunakan pengukuran ordinal dalam menganalisis pilihan konsumen dan menurunkan fungsi permintaan.Tingkat-tingkat utilitas yang ditetapkan pada beberapa kelompok barang menunjukan peringkat dari barang-barang tersebut.Sekelompok barang terdiri dari sejumlah barang dengan kuantitas tertentu.Misalnya sebuah rumah,dua mobil,atau 3 sepeda motor.
Kurva indiferen (indifference curve) adalah kurva yang menghubungkan titik-titik kombinasi dari sejumlah barang tertentu yang dikonsumsi dan memberikan tingkat kepuasan yang sama, atau keadaan di mana konsumen berada dalam keadaan indifferen dalam mengkonsumsi berbagai jenis barang. Gambar di bawah ini menunjukkan (a) kurva indiferen konsumen dalam mengkonsumsi barang X dan Y, dan (b) sekumpulan kurva indiferen atau sering dinamakan peta indiferen (indifference map). Sumbu vertikal menunjukkan jumlah barang Y, sumbu horizontal menunjukkan jumlah barang X, sedang I1, I2 dan I3 menunjukkan kurva indiferen kesatu, kedua, dan ketiga. Penggunaan diagram dua dimensi ini adalah untuk memudahkan analisis, sedangkan untuk lebih dari dua jenis barang dapat digunakan metode lain , seperti metode matematis atau ekonometrika.


Dengan pendekatan kurva indiferen, konsumen ingin memperoleh kepuasan maksimum, yaitu mencapai kurva indiferen tertinggi dengan kendala pendapatan yang tersedia. Jadi dalam satu kurva indiferen, tingkat kepuasan yang diperoleh adalah sama. Perhatikan gambar (a), konsumsi dititik A, B, C dan D adalah terletak pada kurva indiferen yang sama, berarti kepuasan yang diperoleh juga sama. Pergerakan dari titik A ke titik B, dari titik B ke titik C, dari titik A ke titik C dan sebagainya (perpindahan dari satu ke titik lainnya), berarti konsumen ingin mendapatkan lebih banyak barang X untuk mendapatkan barang Y di mana tingkat kepuasan konsumen tetap sama, atau sebaliknya perpindahan dari titik D ke titik C, perpindahan dari C ke titik B dan sebagainya , berarti harus ada barang X yang dikorbankan untuk mendapatkan tambahan barang Y . Tingkat penggantian barang Y dengan barang X atau tingkat penggantian barang X dengan barang Y dinamakan tingkat penggantian subsitusi marginal (Marginal rate of subsitustion), yaitu berapa suatu barang yang dikorbankan untuk mendapatkan tambahan barang lain.


Gambar (b) adalah sekumpulan kurva indiferen atau dinamakan indiference map, makin jauh dari titik origin berarti makin tinggi tingkat kepuasan yang diterima konsumen. Kurva indiferen I3 > I2 > I1, ini berarti kepuasan pada kurva I3 lebih besar dari I2 dan I1, dan kepuasan yang diterima konsumen di I2 lebih besar dari kepuasan yang diterima konsumen pada kurva indiferen I1. Berdasarkan dua gambar di atas dapat ditentukan ciri-ciri kurva.

Ciri-ciri Kurva Indiferen

Ciri-ciri kurva indiferen adalah sebagai berikut :
1.      kurva indiferen mempunyai nilai kemiringan negatif (negatively slope), atau paling tidak tak pernah mempunyai nilai kemiringan positif. Hal ini berarti bahwa bila konsumsi suatu jenis barang ditambah maka konsumsi barang lain harus dikurangi. Bentuk ektrim dari kurva indiferen adalah sejajar sumbu vertikal dan sejajar sumbu horizontal
2.      Bentuk kurva indiferen cembung ke titik origin (titik O), hal ini menunjukkan derajat pengantian barang yang semakin menurun. Derajat penggantian ini dugunakan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang harus dikurangi untuk menambah barang lain agar kepuasan yang diterima tetap sama.
3.      Kurva indiferen tidak saling berpotongan, karena apabila saling berpotongan maka tidak konsisten dengan difinisi yang telah dijelaskan diatas.
Penjelasan bahwa kurva indiferen tidak saling berpotongan dapat dijelaskan dengan bantuan kurva berikut ini :

Berpotongan

Seperti telah dijelaskan sebelumnya pada kurva indiferen yang sama akan memberikan kepuasan yang sama. Berdasarkan gambar di atas menunjukkan kurva indiferen I1 berpotongan dengan kurva indiferen I2 pada titik C. Kepuasan di titik A sama dengan kepuasan dititik C, demikian juga kepuasan dititik B sama dengan kepuasan dititik C, sedangkan kepuasan dititik A lebih besar dari dititik C karena kurva indiferen I2 lebih besar dari I1. Keadaan ini tidak mungkin terjadi karena pada titik yang sama (titik C) kepuasan yang diterima konsumen berbeda.





4. Asumsi-asumsi pendekatan kurva indiferens

Dua asumsi pertama yang digunakan dalam pendekatan kurva indiferens ini sama dengan asumsi pada pendekatan utilitas (kardinal).Dua asumsi yang terakhir berbeda karena disini kita menggangap utilitas bersifat ordinal.

Asumsi-asumsi tersebut adalah:                           
1.      Konsumen mendapatkan kepuasan atau utilitas lewat barang-barang yang dikonsumsinya. U =U (barang X,barang Y,barang Z …..)
2.      Konsumen akan memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk kepada kendala anggaran yang ada.
3.      Konsumen mempunyai suatu skala preferensi.
4.      Marginal Rate of Subsititution (MRS) akan menurun setelah melampaui suatu tingkat utilitas tertentu.MRS adalah jumlah barang Y yang bisa diganti oleh satu unit barang X,pada tingkat kepuasan yang sama.

a. Kurva Indiferens mencerminkan Preferensi Konsumen
Kurva indiferens adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi (atau pembelian) barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama, artinya konsumen tidak akan lebih suka kepada suatu titik dibanding titik-titik lain yang terletak pada kurva tsb. Kumpulan kurva indiferens disebut indiference maps dari setiap konsumen.

Marginal Rate of Subtitution
Kelompok barang
Tongseng (piring)
Sate (tusuk)
A
B
C
D
E
1
2
3
4
5
20
15
11
8
6





b. Marginal Rate of Substitution (MRS) pada Kurva Indiferens                 
MRS akan menurun sepanjang suatu kurva indiferens. Jumlah barang Y yang bisa diganti oleh 1 unit barang X, pada kurva indiferens yang sama akan menurun jika rasio antara barang X & Y naik. Hal tsb menunjukkan bahwa kurva tsb cembung ke arah origin, seperti gambar di atas. Nilai absolut slope kurva indiferens tersebut akan menurun jika jumlah barang X yang dikonsumsi meningkat.

c. Hubungan antara MRS dengan Slope Kurva Indiferens
Besarnya MRS sama dengan nilai negatif dari slope kurva indiferens, sebab slope kurva indiferens selalu negatif, maka MRS akan selalu positif.


Marginal utility ( kepuasan marginal )
Yaitu pertambahan / pengurangan kepuasan sebagai akibat adanya pertambahan/pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu.
Secara matematis dapat dicari dengan rumus :
MUx =
MU = Marginal Utility
U = utility
X = barang yang dikonsumsi
Hukum marginal utility yang semakin menurun / Law of Diminishing Marginal Utility :
“ apabila tambahan nilai guna yang akan diperoleh dari seseorang dari mengkonsumsi suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya dan pada akhirnya tambahan nilai guna tersebut akan menjadi negative”
Konsep nilai guna (utility) bisa menjelaskan kelemahan berupa paradok antara kegunaan suatu barang dengan harganya. Seperti tentang durian, dimana sampai titik tertentu Anda tidak mau lagi memakannya, bahkan jika buah durian itu diberikan secara gratis. Hal ini menunjukkan bahwa tambahan kepuasan yang diberikan dari tiap tambahan unit barang yang dikonsumsi semakin berkurang. Inilah yang disebut Law of Diminishing Marginal Utility.
Surplus konsumen terjadi jika harga yang dibayarkan oleh konsumen terhadap suatu barang lebih tinggi dari harga pasarnya. Surplus konsumen akan terus naik jika konsumen terus membeli produk sampai unit tertentu dan menghentikannya, karena jika diteruskan konsumen tidak akan mendapatkan surplus lagi.







DAFTAR PUSTAKA

http://gillianstefanylondong.blogspot.com/2014/01/utilitas-dan-preferensi.html

Nicholson, Walter.1995.”Mikro Ekonomi Intermediate”.Jakarta : Erlangga.

http://yuliaindri94.blogspot.com/2013/10/teori-ekonomi-1.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar